Senin, 06 Juni 2011

waiting




Titik-titik Pena

Selambar kertas putih tercoret tinta saat emosi, dan membekas seumur hidup. Cahaya bintang mengelilingi air mataku, yang bercucuran melawan hembusan angin. Aku berjalan disetiap kenangan dan air mataku tumpah dihatimu.

Dari matamu semua nampak kelabu, tersirat rasa lelah menutup mata dan telinga dari setiap tingkah dan tuturmu. Terkadang tersa lebih baik.

Telah ku toreh sebuah kesalahan dalam hidupku, yaitu mencintai pada saat yang benar-benar salah!.dan pada orang yang tepat, bukan karena dia buruk, tapi seseorang itu seperti daun yang lelah berpegang pada tangkainya dan saat itulah aku datang pada waktu yang tepat seolah telah tergambar digaris tanganku. Namun, semua ini adalah kesalahan dalam diriku. Berbagi duka membuat bebanku berkurang, berbagi tawa membuat semuanya menjadi mudah (dan inilah awal dari kealahanku!! ).

Menjadi orang ketiga diantara dia dan kamu, memberiku banyak pelajaran. Entah aku atau bukan, yang membuat daun melayang dari tangkainya. Namun, dimatamu, aku adalah setitik noda di kehidupanmu. Seberapapun aku berusaha menjadi seseorang yang lebih baik untukmu, hanya sisi burukku yang mampu kau lihat. Aku tak ingin kamu melihat sisi baik dariku. Terkadang aku hanya merasa terpuruk dan tertekan pada keadaan ini. Namun, keterpurukanku terlantas menjadikan aku berlama-lama tertidur dalam balutan selimut yang tebal.

Teman terbaik adalah seseorang yang mampu menegurku. “Ga usah sok dramatis! Ga usah merasa hidup kamu paling berat!, mana kau yan g dulu? Mana kau yang ceria, cerewet?, sekarang kamu tuh cuma suka sendiri, nangis. Kembalikan kau yang dulu, lepaskan dia yang kau cinta, biarkanlah dia pergi sejauh mungkin!!”

Bila mungkin dia jodohku, maka dia akan kembali, tapi bila tidak, dia hanya sekedar menitip cerita didalam hidupku. Apa aku tidak lelah, menangis dan bukankah aku memang salah, jatuh hati pada pacar orang. Semua itu mereka katakan karena mareka inginkan yang terbaik untukku. TERIMAKASIH SHOBAT, KALIAN TELAH MEMBERIKU PENGERTIAN BUKAN BELAS KASIHAN.

Terkadang aku menjauhinya, aku menjaga jarak. Dan dia juga melakukan itu. Kadang kami saling mendiamkan. Sebenarnya ini yang membuatku takut kehilanganmu. Tuhan selalu membuka matamu saat aku dan dia kekasihmu kebetulan bahagia, tapi Tuhan menutup matamu saat kami berusaha menjaga setiap pandangan dan perasaanmu. Dan sekarang haruskah aku peduli?. Jika menjauhimu jauh lebih baik, maka akan aku lakukan sekuat hatiku. Bukan aku tak peduli atas perasaanmu, tapi pikiramu, kecurigaanmu, dan cintamu yang telah menutup hatimu untukku.

Mungkin aku tak pernah tau, saat kamu berdo’a akan hal-hal buruk untukku, tidakkah kau berpikir, apakah kamu benar-benar menyayangiku? Adakah seseorang yang mencintai, tega melihat apa yang dia cintai terluka? Sekalipun i telah menyakiti. Islam mengajarkan untuk mempermudah orang yang kita sayangi, bukan mempersulitnya. Ataukah tuturmu itu hanya sekelumit gejolak karena hatimu masih terluka, karena aku yang tak terbiasa terbagi?

Kamu perlu tau, bila hujan datang, itu adalah saat terindah dalam hidupku, yang inginku bagi dengan seseorang yang kusayangi, sepertimu. Dan saat gelap mulai menghampiri, itu adalah saat yang paling menakutkan dalam hidupku. Tapi, untuk saat ini, kamu bukan lilin, lampu ataupun bintangku. Mungkin untuk seterusnya kamu tak dapat menerangi langkahku.

Akhir-akhir ini aku semakin mengerti akan cara mencintai seseorang, akan begaimana kehidupan itu tak selamanya seperti apa yang kita rencanakan dan kehidupan itu seperti roda. Ada saat aku menjadi peran utama dan ada masa aku manjadi oarang ketiga. Dan saat aku menjadi orang ketiga inilah aku belajar menyikapi masalah, ku belajar tidak untuk menyalahkan waktu dan keadaan. Tapi, belajar unutk mengerti apa yang salah pada diriku, dan tak akan ku ulangi lagi. Ini adalah hukuman untukku, karena aku sangat membenci orang ketiga dalam kisahku masalalu lewat kalian. Tuhan mengajarkanku tentang bagaimana rasanya menjadi orang ketiga, dan bagaimana aku harus keluar dari semuai ini. Tapi aku adalah wanita yang takkan mampu tertawa diatas tangisan wanita lain. Bahkan sekalipun aku menginginkan kamu adalah lelaki baik dan kamu juga menepati apa yang kamu katakan.

Semoga semua ini menjadi satu pelajaran bagiku dan segala kisah ini adalah kisah terbaik yang memberikan kedewasaan berpikir bagi masing-masing orang termasuk aku.

Cinta itu indah, tapi sering rumit oleh pelakunya. Seperti hidup ini, indah dan lebih indah bila diwarnai dengan persahabatan bukan dengan permusuhan yang membuat kita tertawa melihat kebodohan dengan segala permusuhan dikala kita dewasa nanti.

Kini aku mengerti, menghilang dan menjauh serta merelakan kabahagiaan dia bersama orang terkasihnya adalah hal bijaksanan yang mungkin harus aku lakukan. Aku katakan, “Aku senang malakukan ini, merelakanmu dan melihatmu bahagia.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar